Repository STFT Widya Sasana

 

+ Repository Dosen

  MEMBANGUN GEREJA YANG BERBELASKASIH: Belajar dari Santo Vinsensius Depaul



File :
 File.PDF


Tahun :
2015


Penulis :
Antonius Sad Budianto, M.A.

Email :
antonsad@gmail.com

Sejak agama kristen katolik diakui kekaisaran romawi pada abad ke
empat, Gereja semakin berkembang dan semakin berpengaruh. Dari para
rasul yang rakyat jelata pengikut Gereja semakin menjangkau para
bangsawan, bahkan kaisar dan raja juga katolik. Pada abad pertengahan
bahkan raja raja Eropa harus mendapat pengakuan dari atau dimahkotai
oleh Paus. Mau tak mau Gereja masuk dalam lingkaran kekuasaan politik,
bahkan juga ekonomi. Pejabat Gereja bekerja sama dengan pejabat politik
dan para bangsawan yang kaya raya. Sementara orang miskin semakin
jauh dari perhatian Gereja. Dalam keadaan seperti ini tidak mengherankan
bila banyak orang menjadi pejabat Gereja untuk melestarikan atau
meningkatkan status kebangsawanannya. Bagi mereka yang berasal dari
kelas menengah bawah menjadi pejabat Gereja adalah sarana untuk
menaikkan status sosial, ekonomi, politik dirinya maupun keluarganya.
Sejak pertobatannya Vinsensius Depaul membangun wajah Gereja
yang berbelaskasih berdasarkan Kristus yang diakrabinya dalam injil.
Vinsensius meninggalkan cita-citanya sendiri, dan menyerahkan diri
seutuhnya kepada Tuhan untuk menyatakan belaskasihNya terutama kepada
orang miskin, mengikuti Tuhan Yesus pewarta kabar sukacita kepada kaum
miskin (Luk 4:18). Selanjutnya ia mengikuti bimbingan Penyelenggaraan
Ilahi yang menunjukkan kepadanya kebutuhan orang miskin dan bagaimana
dia dapat menanggapinya, termasuk dengan menggerakkan seluruh Gereja
umat Allah, imam maupun awam, bangsawan bahkan hingga ratu maupun
rakyat jelata. Ia sungguh telah mengubah wajah Gereja yang menampakkan
kekuasaan menjadi Gereja yang berbelaskasih dan melayani, dari umat Allah
yang pasif menjadi umat Allah yang peduli dalam pelayanan nyata.
Membangun Gereja yang Berbelaskasih, Antonius Sad Budiono 405
Memang pengaruh Vinsensius tidak mencegah, walau mungkin
memperlambat- meletusnya Revolusi Prancis se abad setelah wafatnya,
ketika rakyat memberontak melawan monarki kerajaan dan melawan Gereja
yang dianggap rakyat ada di pihak penguasa dan menyengsarakan mereka.
Namun pengaruh Vinsensius yang sangat besar dalam membangun Gereja
belaskasih terus terasa dalam Gereja lebih-lebih di abad 19 ketika kemiskinan
merajalela akibat Revolusi Industri. Ratusan tarekat dan serikat awam
didirikan dengan tujuan melayani orang miskin menurut kharisma santo
Vinsensius. Gereja mengangkatnya sebagai Santo Pelindung dan
Model(Patron) Karya Belaskasih.